Senin, 17 Maret 2008

BANJIR LAGI-BANJIR LAGI

BANJIR BENCANA, ATAU COBAAN?

Diingat atau tidak, setiap pergantian presiden pastilah bencana hebat yang seakan tiada pernah terhenti, dan pemerintahpun tidak memiliki daya yang dapat mengantisipasi ketentuan yang tiap tahun rutin terjadi di bumi Indonesia tercinta. Entah apa yang menjadi masalah seakan-akan bencana tak berkesudahan.

Sayapun merasa prihatin mengapa sampai saat ini kota besar seperti Surabaya, Jakarta, Semarang, bahkan kota-kota yang dulu nyaris tak terkena bencana banjir sekarang menjadi berita utama di koran maupun televisi. Padahal tidak sedikit upaya yang dilakukan dengan menghabiskan milyaran rupiah untuk sekedar menghindari banjir, yang bahkan terjadi pada saat musim kemarau.

Mungkinkah ini sekedar bencana? Ataukah lebih tepat ini disebut cobaan? Jika dikata cobaan juga tidak pantas, karena penyebabnya adalah manusia itu sendiri, semasa kita masih duduk di bangku SD pun tahu, bahwa menebang hutan bisa mengakibatkan hutan gundul, longsor dan terjadi banjir.


Jumat, 07 Maret 2008

PERTANIAN BUKAN PRIORITAS

BERAS MAHAL, APA SALAH PETANI?

Kebijakan pemerintah dalam bidang pertanian hingga kini masih belum mendukung sektor pertanian. Selama tahun 2007 banyak kebijakan pembangunan pemerintah yang tidak mendukung pembangunan di sektor pertanian. Seperti yang telah diungkapkan oleh Henry Saragih, Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) saat menyampaikan Catatan Akhir Tahun 2007 di Jakarta.

Menurut Henry, hingga November 2007 porsi investasi asing di Indonesia mencapai 74 % yang diwakili 200 perusahaan transnasional. "Fenomena tersebut bisa membahayakan sektor pertanian karena produksi maupun ekspor hasil pertanian sesungguhnya dimiliki asing khususnya sektor perkebunan kelapa sawit", katanya.

Beberapa hal yang belum berpihak pada petani, misalnya keputusan menaikkan impor beras dari 840 ribu ton pada 2006 jadi 1,5 juta ton tahun 2007. Begitu juga untuk komoditas kedelai mengalami kenaikkan dari 1,2 juta ton pada 2006 jadi 1,5 juta ton tahun 2007. Bahkan pada penghujung 2007 pemerintah menurunkan bea masuk impor beras dari Rp. 550/kg jadi Rp. 450/kg untuk memudahkan impor beras.

Jumat, 29 Februari 2008

APBN 2008

NASIB APBN 2008

Ibarat makan buah simalakama, pantas disebut untuk negara ini. Bayangkan baru saja APBN 2008 baru berjalan sudah harus direvisi karena sudah tidak relevan lagi sehubungan dengan meroketnya harga minyak dunia hingga USD 102,08 pada tanggal 27 Februari 2008. Sedangkan APBN disusun pada saat harga minyak dunia sekitar USD 58,32.

Tentu kita tidak semena-mena menyalahkan OPEC sebagai organisasi yang mengatur produksi dan harga minyak dunia. Karena harga yang fantastis tersebut lebih dipengaruhi melemahnya nilai tukar dolar Amerika. Cukup berat bagi negara kita, yang hingga kini harus hemat Bahan Bakar Minyak (BBM).

Sebagai alternatif penghematan, terakhir pemerintah meluncurkan “Kartu Kendali Mitan”. Selain itu program yang telah berjalan adalah Biofuel yang telah dilegalkan lewat Kepres No. 10 tahun 2006 tentang Pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) dan Inpres No. 1 tahun 2006 tentang Percepatan Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN). Kebijakan ini lebih didasari oleh tingginya harga minyak dan menipisnya cadangan minyak negara ini yang mulai habis.

Senin, 25 Februari 2008

PLTN

Wakil Presiden Yusuf Kalla saat bertemu Warga Negara Indonesia di Seoul Korea Selatan, sempat mengungkapkan ketidaksetujuannya pada proyek PLTN, hal ini terungkap saat beliau ditanya oleh mahasiswa yang ada di sana.

Mungkinkah ini menjadi hembusan energi baru bagi mereka yang telah menolak PLTN Muria yang sejak tahun 1973 telah mulai dirintis. Senada dengan pak wakil presiden, kita lihat saja dinegara maju seperti Amerika, Jerman, dan negara lainnya, pada saat ini mulai merintis untuk menutup reaktor nuklirnya. Mungkin mereka mengambil hikma yang terjadi di Chernobyl, Ukrainia yang dulu masuk wilayah Uni Soviet (USSR) saat ini Rusia, dimana sampai saat ini kota tersebut tidak dapat ditempati alias kota mati, karena sedikit banyak radiasi atomnya masih saja terdeteksi.

Untuk bangsa ini yang selalu teledor dengan keselamatan kerja, seperti terjadinya ledakan lab. nuklir di LAPAN, menjadi contoh bahwa kita masih belum pantas untuk menjamin keselamatan ketika terjadinya kebocoran reaktor nuklir. Mendingan saat ini kita mikir pengganti energi lain selain nuklir. Apa itu? Banyak sekali penelitian yang semoga tidak sia-sia, seperti memanfaatkan tenaga air/air laut, kotoran sapi (biogas), tenaga angin, panas matahari, batubara, biofuel, dan kita doakan ada penelitian yang semakin mantap untuk menggantikan energi listrik yang kian kritis.

Mengapa sih Indonesia pusing cari energi alternatif? Pasalnya energi minyak bumi kita hanya sampai sepuluh tahunan itu paling cepat. Ada usul kreatif untuk menggantikan energi kita?

Jumat, 04 Januari 2008

MEMBENARKAN ISTILAH EFEK RUMAH KACA

EFEK RUMAH KACA

Banyak hal yang salah, ketika orang membicarakan efek rumah kaca. Kita masih ingat seorang tokoh agama dalam pidato religinya menyatakan, bahwa pemanasan dunia ini diakibatkan oleh efek rumah kaca oleh karena pembangunan gedung-gedung yang tinggi dengan dinding-dinding kaca. Pernyataan ini ternyata menjadi subur di tengah-tengah masyarakat kita. Yang jelas kita yang tahu tentang efek rumah kaca, kita coba untuk menjelaskan arti efek rumah kaca.

Secara sederhana efek rumah kaca yang ditemukan Joseph Fourier tahun 1824 merupakan sebuah proses dimana atmosfer memanaskan sebuah planet.

Mari kita lihat penyebabnya yang saya dapat dari wikipedia indonesia:

Penyebab

Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya.

Energi yang masuk ke bumi mengalami : 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer 25% diserap awan 45% diadsorpsi permukaan bumi 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi

Energi yang diadsoprsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar infra merah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.

Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah sulfur dioksida (SO2), nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana (CH4) dan khloro fluoro karbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.

Gas

Kontribusi

Sumber emisi global

%

CO2

45-50%

Batu bara

29

Minyak Bumi

29

Gas alam

11

Penggundulan hutan

20

lainnya

10

CH4

10-20%

Sumber : Kantor Menteri Negara KLH, 1990

SEBUAH HARAPAN:

Sungguh menjadi suatu harapan bagi saya, siapapun yang tahu/membuka blog saya untuk menyampaikan istilah efek rumah kaca ini ke tetangga, kerabat, teman bahkan orang yang tak dikenal sekalipun ketika kita bertemu sebagai teman bicara. Mengingat istilah efek rumah kaca bagi banyak orang masih ada yang tidak mengerti/salah anggap.

Kamis, 03 Januari 2008

KARENA BENCANA, KITA BELAJAR

Masih ingat? Tahun baru kali ini sungguh, tahun baru kelabu. Bayangkan! Hanya semalam hujan turun banyak daerah yang terkena banjir, longsor. Jika kita lihat hampir separoh pulau jawa menjadi lautan air tawar, ironisnya terjadi terus menerus tiap tahun nyaris adanya perbaikan. Padahal kita dapat belajar dari kasus-kasus bencana yang terjadi.

Anda punya ide? Akupun ingin menulis segalanya tentang alam.